Senin, 20 Februari 2017

Pertumbuhan fisik, kognitif, bahasa, dan emosional bayi 1 bulan dapat dirangsang dengan cara yang sesuai dengan perkembangan yang dialaminya pada masa itu. Ketahuilah tahap-tahap perkembangannya sehingga kita dapat memaksimalkan masa-masa tersebut.

bayi 1 bulan
Bagaimana merangsang perkembangan bayi 1 bulan?
Bagi ibu yang baru memiliki bayi, tentunya ingin mengetahui lebih jauh bagaimana cara merangsang perkembangan bayi sejak dini agar bayi dapat tumbuh sehat dan menjadi anak yang pandai di kemudian hari. Mengasuh bayi 1 bulan pertama akan lebih mudah bila kita mengetahui perkembangan yang sedang dialami bayi tersebut. Berikut ini adalah beberapa perkembangan utama pada bayi 1 bulan pertama, serta cara yang tepat untuk memaksimalkan perkembangannya.
Perkembangan fisik
Bayi 1 bulan senang menggerak-gerakkan tangan dan kakinya. Kita dapat memaksimalkan perkembangan ini dengan cara :
  • Melonggarkan pakaian atau bedong sehingga tangan dan kaki bayi dapat bergerak bebas.
  • Menempatkan bayi di tempat yang aman untuk “bermain” misalnya pada ranjang bayi.
Perkembangan kognitif
Bayi 1 bulan dapat melihat objek pada jarak 20-30 cm. Kita dapat mendukung perkembangan ini dengan cara :
  • Mendekatkan wajah kita pada bayi saat berbicara dengannya
  • Meletakkan gambar atau bentuk menarik di pinggir ranjang bayi atau mainan yang bergerak dan digantung, terutama yang warnanya kontras
Perkembangan bahasa
Bayi 1 bulan dapat mendengar suara dan dapat menoleh bila ada suara yang ia kenali. Kita dapat mendukung perkembangan ini dengan cara :
  • Berbicara dengan bayi
  • Bernyanyi untuk bayi
  • Memasang musik
  • Membacakan cerita untuk bayi, walaupun ia belum mengerti
Perkembangan sosial dan emosional
Bayi yang baru lahir biasanya banyak menangis pada malam hari. Janganlah panik, karena hal ini adalah normal. Nanti setelah usia bayi 6 – 8 minggu, rata-rata dalam 1 hari bayi menangis 3 jam. Pada perkembangan berikutnya, menginjak usia 12 minggu ke atas tangisan bayi akan berkurang.
Menangis adalah cara bayi berkomunikasi dengan kita. Berbagai penyebab bayi menangis adalah : lapar, minta digendong, ingin bertahak, ingin menyusu, perut tidak enak karena ada gas, kedinginan, kepanasan, basah, bosan, lelah, atau merasakan sakit dan tidak ketidaknyamanan lainnya. Cobalah mencari tahu penyebab ia menangis. Walaupun banyak kemungkinan penyebab tangisan, 3 hal umum yang menyebabkan bayi menangis adalah : lapar, pipis, atau pup. Biasanya bayi 1 bulan merasa lapar setiap 3 jam sekali. Periksalah popok atau diaper-nya setiap 3 jam sekali sebelum atau sesudah menyusuinya. Semakin cepat kita merespon tangisannya, semakin mudah kita menghentikan tangisannya.
Bila bayi terus menangis dan tidak dapat diatasi, jangan panik. Jangan menggendong sambil mengguncang bayi dengan kencang. Ayunan bayi juga dapat memberi efek yang tidak baik bila terlalu kencang. Guncangan keras dapat menyebabkan gangguan pada leher, kerusakan pada otak bahkan kebutaan.
Bila kita tidak dapat mengatasi tangisan bayi, letakkan bayi pada tempat yang aman (misalnya ranjang bayi atau minta orang lain menjaganya) lalu ambillah waktu beberapa menit untuk menenangkan diri sendiri sebelum kembali lagi berusaha menenangkan bayi.
Dengan mengetahui perkembangan bayi 1 bulan pertama, kita akan lebih mudah mengasuhnya dan memaksimalkan perkembangannya.


 

 

Bunda, yuk hindari kesalahan dalam merawat bayi. Simak bahasan tentang kopi, teh, bedak sampai penggunaan gurita di artikel ini.

Bunda pasti sering mendapat saran merawat bayi dari keluarga dan orang-orang terdekat, mulai dari saran yang hampir masuk akal sampai yang sepenuhnya konyol. Kadang saran itu juga membuat Bunda bertanya-tanya, “Masak sih? Kok begitu?”
Daripada jadi salah kaprah nantinya, simak dulu beberapa ulasan tentang mitos dan kebiasaan salah dalam merawat bayi berikut ini.

Beda budaya, beda cara merawat bayi

Kadang kebiasaan merawat bayi berbeda antar budaya.
Sebagai contoh, pada masyarakat tradisional yang tinggal di hutan tropis, meletakkan bayi di bawah adalah hal yang berbahaya. Bayi akan digendong terus menerus, yang menyebabkan perkembangan motorik bayi cenderung terhambat.
Sebaliknya, bayi yang dibesarkan di daerah pesisir akan lebih cepat bisa merangkak dan jalan. Hal ini disebabkan karena masyarakatnya mempunyai kebiasaan menggali lubang kecil di tanah/pasir untuk membantu bayi duduk dan beraktivitas sendiri.
Lantas pada masyarakat modern, ada baiknya Bunda memahami mitos/kebiasaan yang buruk dalam merawat anak. Apa saja? Baca selengkapnya di halaman selanjutnya.

1. Memberi kopi agar jantung bayi kuat

Dalam beberapa tradisi masyarakat kita, tak jarang ada saran untuk memberikan kopi pada bayi agar jantungnya kuat. Alasan lainnya agar tidak step ketika demam.
Kebiasaan merawat bayi dari generasi ke generasi ini tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Sebaliknya, kopi justru memberi dampak negatif pada bayi.
Kafein pada kopi dapat mempengaruhi sistem saraf pusat, meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. Efeknya membuat bayi mudah marah, gelisah, gugup, dan tidurnya pun bermasalah.
“Tapi kan dikasinya cuma sedikit, satu sendok teh saja,” pikir Bunda.
Bunda, yang perlu dipahami adalah tubuh bayi belum bisa mencerna kafein, sehingga kopi akan terakumulasi di dalam sistem tubuhnya.
Kopi yang ‘sedikit’ itu akan menumpuk kafein dalam tubuh bayi bunda, sehingga bisa saja menimbulkan permasalahan pertumbuhan lainnya.

2. Teh sebagai minuman selingan

Tidak ada alasan jelas kenapa banyak orangtua memberikan teh pada anak atau bahkan bayi mereka. Mungkin karena teh gampang didapat dan murah sebagai sajian untuk memenuhi rasa haus anak.
Akan tetapi perlu Bunda ketahui, selain persoalan kafein, teh juga mengandung tannin yang dapat menghambat penyerapan mineral-mineral penting dari makanan, seperti zat besi, kalsium dan zinc.
Mineral-mineral ini sangat dibutuhkan tubuh bayi untuk membentuk sistem kekebalan tubuh dan pencernaan yang baik. Selain itu, kekurangan zat besi atau  iron deficiency anaemia, dapat menyebabkan sindrom gagal pertumbuhan pada anak.

3. Gurita bayi agar perut tidak kembung dan pusar tidak bodong

Ini salah satu kebiasaan merawat bayi yang sebaiknya ditinggalkan.
Pasalnya, gurita yang dililit dan dibebat pada perut bayi justru berbahaya. Bayi yang baru lahir masih membiasakan diri bernafas dengan paru-paru. Perut dan otot bayi yang masih lemah harus bisa leluasa membantu paru-paru memompa udara.
Selain itu juga tidak ada kaitannya antara pusar bodong dengan pemakaian gurita. Justru ketika tali pusar yang masih menggantung ditutup gurita, akan memperlambat proses pengeringannya dan akan lebih lama terlepas dari pusar bayi.
Sama halnya dengan bedong bayi, bedong yang terlalu kencang juga tidak baik bagi bayi. Baca ulasannya di sini.

4. Memberi gula garam ketika bertamu

Tradisi turun-temurun ini masih diterapkan pada sebagian besar kebudayaan di kepulauan Nusantara kita.
Praktiknya, ketika bayi dibawa bertamu ke rumah baru, si pemilik rumah akan memberikan sedikit gula dan garam ke mulut bayi. Di Aceh tradisi ini disebut ‘peucecap’.
Maksud dan harapan dari tradisi ini adalah agar bayi tumbuh menjadi anak yang manis tutur katanya dan kuat menghadapi asam-garam kehidupan.
Terdengar manis memang, tetapi perlu Bunda ketahui, sesedikit apapun gula dan garam sangat tidak baik untuk bayi di bawah satu tahun.
Seberapapun jumlah garam yang masuk ke dalam tubuh bayi akan memberatkan ginjalnya, sehingga menyebabkan ginjal bayi bisa tidak berfungsi dengan baik nantinya.
Belum lagi konsumsi garam berlebih sejak bayi dapat menjadi bibit penyakit hipertensi, osteoporosis, penyakit kardiovaskular dan penyakit pernafasan ketika dewasa.
Sama halnya dengan gula, gula tidak ada efek baiknya untuk bayi Bunda. Gula dapat menyebabkan karies dan kerusakan gigi, menekan kekebalan tubuh, juga dapat menjadi bibit penyakit kardiovaskular, diabetes dan obesitas.
Baca juga ulasan bahaya madu bagi bayi di artikel ini.

5. Minum soda agar ASI lancar

Selain agar haid lancar, minum soda juga dipercayai sebagian orang dapat memperlancar turunnya ASI pada ibu menyusui. Anggapan ini sungguh salah kaprah.
Tidak ada kaitannya antara haid dan ASI lancar dengan minum soda. Justru soda sebaiknya dihindari oleh ibu menyusui karena mengandung kafein dan gula yang sangat tinggi.

6. Menaburi bedak pada kemaluan bayi

Supaya bersih dan tidak bau, orangtua kerap memberikan bedak pada kemaluan bayi. Padahal hal ini tidak hanya bisa menyebabkan iritasi, tapi juga bisa berbahaya bagi bayi dalam jangka panjang.
Dari studi yang dilakukan American Academy of Pediatrics menyimpulkan beberapa laporan bahwa bedak bayi yang ditaburkan pada kemaluan dapat menimbulkan kanker ovarium di masa mendatang.
Bedak bayi mengandung partikel asbes yang dapat mengendap. Partikel ini berbahaya jika sering terhirup oleh bayi dan lama-kelamaan akan terjadi penumpukan pada paru-paru. Partikel itu merupakan salah satu penyebab penyakit pneumonia dan kanker paru-paru.
Jadi, hindari penggunaan bedak dalam merawat bayi.

7. Mandi air dingin agar bayi kuat

Kebiasaan ini tidak baik dilakukan karena bayi justru rentan terhadap suhu dingin.
Air dingin dapat membuat pembakaran dan metabolisme tubuh bayi meningkat, sehingga makanan dalam tubuh bisa terkuras untuk mengatur suhu tubuhnya. Akhirnya bayi kehabisan tenaga dan mudah sakit.
 Bayi sebaiknya tetap dimandikan dengan air hangat sampai usia satu tahun. Namun pastikan juga air tidak terlalu panas yang justru membuat bayi tidak nyaman.
Selain itu bunda juga tidak perlu khawatir memandikan bayi di sore atau malam hari. Mandi air hangat sebelum tidur justru dapat membuat bayi rileks dan tidur lebih nyenyak.
***
Ada lagi kebiasaan merawat bayi yang salah menurut Bunda? Mari berbagi di kolom komentar di bawah.


Membedong bayi sudah biasa dilakukan, namun ada kontroversi yang menganggap bedong yang kurang baik dapat berdampak buruk bagi bayi.

bedong bayi
Membedong bayi sedang diperdebatkan dampak negatifnya
Sudah menjadi kebiasaan bahwa setiap bayi yang baru lahir dibedong hingga usia beberapa bulan. Bedong konon dipercaya dapat membantu meluruskan kaki bayi yang ketika lahir cenderung dalam posisi ditekuk seperti kaki katak, walaupun ini hanyalah mitos.
Selain itu, bayi  yang dibedong juga lebih anteng karena ia merasa lebih hangat dan nyaman seperti ketika ia masih berada di dalam rahim. Untuk kita, bayi jadi lebih mudah digendong dan mudah disusui karena tangan dan kakinya tidak bergerak-gerak tak menentu.
Namun, baru-baru ini ada kontroversi tentang dampak negatif bedong. Berita CBC News beberapa waktu lalu mengulas tentang bedong. Cara membedong yang tidak tepat diduga dapat memberi pengaruh buruk, yaitu :
1. Bila kita memaksa meluruskan kaki bayi yang biasanya tertekuk seperti kaki katak, dampak negatifnya adalah pada perkembangan tulang pinggul bayi
2. Kaki dan tangan bayi tidak dapat ia gerakkan, sehingga dapat mengganggu perkembangan gerak motoriknya
3. Dapat membuat bayi terlalu banyak tidur dan cenderung kurang makan. Jadwal makan (menyusui) yang dianjurkan adalah setiap 3 jam sekali.
Hingga saat ini belum ada penelitian yang membuktikan dampak negatif bedong tersebut. Namun para ahli yang tidak menyetujuinya menyarankan agar kita membiarkan tangan bayi bebas bergerak dan pastikan leher bayi tetap bisa menoleh ke kiri dan ke kanan.
Dengan usulan ini, bedong hanya seperti kain kemben yang dimulai dari dada bayi. Sedangkan untuk bagian kakinya, perlu sangat berhati-hati agar tidak memaksa bayi meluruskan kakinya.
Saya termasuk orang yang setuju bahwa bayi butuh ruang bebas untuk bergerak, karena kemampuan gerak motoriknya berkembang terus seiring dengan waktu. Saya hanya membedong bayi pada minggu pertama setelah ia lahir, kemudian saya tidak pernah melakukannya lagi.
Inilah tips membedong bayi agar aman untuk si kecil, di halaman berikut:

Tips membedong bayi

Bagaimanapun, membedong atau tidak menjadi pilihan bagi setiap orang tua. Bila Anda ingin membedong bayi Anda, pastikan cara membedongnya baik dan benar, sehingga dampak negatif yang ditakutkan para ahli dapat dihindari.  Berikut ini tips yang perlu diikuti:
1. Pilih bahan yang nyaman dan tebalnya disesuaikan dengan kondisi udara agar bayi tidak kepanasan.
2. Jangan memaksa meluruskan kaki bayi, karena dapat mengganggu tulang pangkal paha. Ada pendapat yang mempercayai bahwa kaki bayi yang cenderung dilipat adalah hal alami dan akan lurus sendiri tanpa bantuan bedong. Dalam hal ini, di bagian kaki bayi dapat diberikan ruang gerak yang cukup supaya bayi masih dapat menggerakkan kakinya.
3. Pastikan wajah, terutama mulut dan hidung bayi tidak tertutup kain.
4. Pantau terus reaksi bayi – bila ia terlihat tidak nyaman, segera bukakan bedong karena ia mungkin kepanasan atau bedongan terlalu kencang.
5. Bila Anda kurang mahir membedong, kantong bayi atau bedong modern yang banyak dijual akhir-akhir ini, dapat menjadi pilihan lain.
Bila Anda ingin berbagi informasi ini dengan teman lainnya, sebarkan artikel ini melalui Facebook, Twitter, dan G+




Mengapa para ahli melarang pemberian madu untuk bayi di bawah 1 tahun? Apakah madu yang sudah diproses aman untuk bayi? Baca ulasannya di sini.

Kita tentunya mengetahui manfaat madu yang luar biasa bagi kesehatan. Namun tahukah Anda tentang risiko bahaya madu untuk bayi yang belum berusia 1 tahun?
Banyak sekali informasi yang beredar di sekitar kita, dan sayangnya kita sulit menyaring mana informasi yang benar dan salah. Terkadang, mitos sudah menjadi kebiasaan turun temurun dan dianggap suatu hal yang benar. Seperti halnya kebiasaan mengoleskan madu ke mulut atau empeng bayi yang sering dilakukan orangtua jaman dahulu.
Lalu seperti apakah bahaya madu untuk bayi? Dan apakah benar madu yang sudah diproses aman untuk bayi? Kali ini, kami membahasnya untuk Anda.

Bahaya madu untuk bayi

Di Inggris, kita selalu menemui tulisan "Unsuitable for infants under 12 months" pada semua botol madu yang dijual di toko ataupun supermarket. Beberapa negara lainpun melarang penggunaan madu untuk bayi di bawah 1 tahun.
Hal ini diawali pada tahun 1976, di mana sindrom infant botulism menyerang ratusan bayi di California. Saat itu, ditemukan tanda-tanda spora botulism pada BAB mereka.
Dua tahun kemudian the California Department of Health Services, melakukan penelitian epidemis terhadap 550 sampel makanan, obat-obatan dan benda-benda yang ada di lingkungan sekitar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 5 sampel tanah, 1 sampel debu dari vacum cleaner dan 9 sampel madu mengandung bakteri clostridium botulinum.
Bayi di bawah 1 tahun belum cukup kuat untuk mentoleransi bakteri tersebut. Tingkat kematian akibat Clostridium botulinum adalah 1,3%.
Oleh karena itulah, madu untuk bayi sangat tidak dianjurkan, meski telah dikenal sebagai salah satu pengobatan alami penghilang batuk dan panas dalam.
Bagaimana gejala infant botulism? Dan apakah madu yang saya gunakan aman untuk bayi? Simaklah

Gejala bayi terserang bakteri Clostridium Botulinum

Jika bayi terserang bakteri Clostridium Botulinum, gejala yang mungkin timbul meliputi:
  • Konstipasi
  • Nafsu makan / minum susu menurun
  • Otot tangan dan kaki lemah
  • Daya hisap ASI berkurang
  • Tangisan lebih lemah daripada biasanya
  • Leher lebih lemah daripada biasanya, sehingga tidak kuat menahan kepala
  • Ekspresi wajah berkurang dibandingkan biasanya
  • Terkadang tidak dapat menelan
  • Dapat disertai kesulitan bernafas
Pertolongan medis sangat dibutuhkan untuk menangani penyakit tersebut.

Apakah madu yang telah diproses lebih aman untuk bayi?

Menurut UCSB Science Line, Bakteri Clostridium Botulinum tidak mudah dimatikan dengan proses pemanasan biasa. Memanaskan madu hingga mendidihpun tidak mematikan sporanya. Efek racun bateri tersebut hilang setelah dididihkan selama 10 menit, tetapi sporanya tidak mati.
Spora Bakteri Clostridium Botulinum mati bila dipanaskan di atas 120 Celcius dalam kondisi underpressure selama 30 menit, misalnya dengan pressure cooker atau presto. Namun kita tidak tahu apakah suhu di dalam presto tersebut mencapai 120C.
Bakteri Clostridium Botulinum juga pernah ditemukan pada madu yang telah di pasteurisasi. Jadi, sebaiknya hindarilah madu untuk bayi di bawah 1 tahun.
Temukan alasan lainnya di bawah ini:

Alasan lain

Para ahli kesehatan tidak menyarankan madu untuk ditambahkan pada makanan atau minuman bayi karena dapat merusak gigi. Bayi yang sering mengkonsumsi makanan atau minuman manis akan ketagihan makanan atau jajanan manis dan cenderung menolak makanan lainnya.
Untuk itulah disarankan MPASI bayi di bawah 1 tahun bebas garam dan gula, walaupun sebagian ibu tidak dapat melakukannya secara konsisten ketika si anak mulai susah makan.
Alternatif terbaik untuk memberi rasa pada makanan adalah dengan mencampur buah pada makanannya, atau sayuran yang memiliki rasa manis seperti wortel. Sumber makanan tersebut memiliki rasa manis yang natural, tidak beresiko dan juga mengandung vitamin dan mineral yang penting untuk tumbuh kembang bayi.


Sabtu, 18 Februari 2017





PopCash.Net adalah salah satu bisnis online terpercaya dengan sistem khusus di popunders CPM (Cost Per Million). Sistem ini membayar member atau publisher dengan berdasarkan jumlah impresi dari trafik sebuah situs.

Jika anda sudah mempunyai situs yang mempunyai pengunjung stabil saya rasa sobat dollar hunter wajib untuk mencoba PopCash.Net ini.
Untuk pembayaran pada PopCash, dapat dilakukan setiap hari setelah mencapai minimum pembayaran yaitu sebesar $10.00, pembayaran akan dikirim dalam waktu 24 jam ke akun PayPal, PayZa, atau Paxum.

Berikut sedikit pendapatan yang saya sudah dapat minggu ini ~


Oke tak perlu berlama lama lagi langsung saja simak cara daftar nya : 


  • Pertama silahkan masuk Kesini => POPCASH

                          
  • Kedua klik Register dan isi semua data data jangan lupa di centang pada I have read and agree with the terms and conditions dan klik submit :)

                         
  • Setelah itu masuk ke menu dashboard & ajukan situs yang akan di pasang iklan dari PopCash Klik ADD A New Website , masukan data blog mu dan klik add website

                     
  • Tidak sampai 24 jam biasanya PopCash akan menyetujui situs sobat dollar hunter & itu artinya sobat dollar hunter siap untuk mengambil kode yang harus kita pasang di situs kita, berikut saya berikan Screen Shot contoh pengambilan kode iklan dari PopCash dan masukan kode tersebut kedalam blog anda
    .
                                           
  • Silahkan nikmati Penghasilan anda hanya dengan meningkat kan traffik blog anda otomatis pundi pundi dollar pun akan terus mengalir :D

    ~ BERIKUT BUKTI PEMBAYARAN DARI POPCASH ~
             
                                          
    Oke cukup sekian , selamat mencoba dan semoga bermanfaat :)

Rabu, 15 Februari 2017

 



 

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan empeng berkepanjangan bisa meningkatkan risiko infeksi telinga pada anak.

Infeksi telinga atau otitis media adalah salah satu alasan umum kunjungan ke dokter spesialis anak (DSA). Itulah sebabnya para ahli tertarik mencari tahu bagaimana cara mengurangi risiko terjadinya infeksi telinga.
Kadang infeksi telinga tidak berbahaya, namun cukup membuat anak menderita dan kesakitan.
Di Finlandia, sebuah tim DSA menduga penggunaan empeng bisa menjadi penyebab infeksi telinga. Mereka melakukan penelitian yang membandingkan penggunaan empeng dan risiko infeksi telinga anak.
Hasilnya menunjukkan bahwa pembatasan penggunaan empeng bisa mengurangi infeksi telinga anak hingga 29%.
Seorang profesor bidang spesialis infeksi anak di University of Oulu Finlandia, Marjo Niemela, MD, PhD mengatakan,"Kami pikir kita mestinya menghentikan total penggunaan empeng untuk melihat efeknya, namun kami menemukan bahwa dengan membatasi saja penggunaannya saat bayi tertidur, sudah bisa mengurangi gejala otitis media."
Niemela mengatakan,"Kami menggunakan intervensi yang sangat sederhana yang positif dan didesain sedemikian rupa sehingga tak meningkatkan kegelisahan orangtua selama penelitian ini." Dia mengatakan, sekitar 80% bayi menggunakan dot hingga usia 2 atau 3 tahun, jadi penggunaan empeng memang sangat umum.
Bagaimana cara penelitiannya?
Penelitian ini terdiri dari dua tim. Tim pertama terdiri dari sekitar 270 anak di atas enam bulan yang menggunakan empeng hanya saat anak akan tertidur. Penggunaan empeng juga dibatasi hingga anak berusia 10 bulan.
Sementara sekitar 200 anak lain terus menggunakan empeng tanpa batasan tertentu. Semua anak dalam penelitian ini diikuti perkembangannya hingga 18 bulan.
Bagaimana hasilnya?

Dibandingkan dengan anak yang menggunakan empeng tanpa batasan, anak di kelompok pertama bisa mengurangi penggunaan empeng hingga 21%.
Secara keseluruhan anak yang tidak menggunakan empeng secara terus menerus dalam kedua kelompok ini mengalami infeksi telinga 33% lebih sedikit daripada yang sering menggunakan empeng.
Tim peneliti ini tidak menganjurkan membatasi total penggunaan empeng. Misalnya untuk bayi enam bulan ke bawah, penggunaan empeng dikatakan tidak berbahaya.
Soal desain empeng yang sering diperdebatkan, Niemela mengatakan dia tak bisa mengomentari hal itu. "Kami tak belajar desain empeng untuk menentukan apakah peningkatan risiko tergantung pada jenis empeng."
Banyak orang tua berpikir trik untuk penggunaan empeng yang aman adalah kebersihan. Di sini Niemela mengatakan bahwa itu bukan hal yang diteliti dalam penelitian ini. Menurutnya, bakteri memang sangat mudah tumbuh di dalam dot, namun itu belum tentu penyebab infeksi telinga anak.
Pendapat berbeda
Robert C. Sprecher, MD, kepala divisi THT di Rainbow Babies and Children Hospital di Cleveland, mengatakan ia tidak yakin bahwa empeng meningkatkan risiko infeksi telinga anak.
Sprecher mengatakan ada kemungkinan lain bahwa orang tua menggunakan empeng untuk anak yang rewel karena infeksi telinga. Karena itu perlu dipertanyakan manakah yang lebih dulu, infeksi telinga atau penggunaan empeng?
Menurut dia dua faktor yang bisa dikaitkan dengan infeksi telinga anak adalah genetik dan day care. Kita tidak dapat melakukan apa-apa terkait genetika dan sulit untuk tidak tergantung pada jasa tempat penitipan anak, di mana anak sering tertular pilek dari teman-temannya di sana. Pilek adalah salah satu pemicu infeksi telinga pada anak.
Namun Sprecher mengatakan bahwa penggunaan empeng memang sudah dikaitkan dengan peningkatan infeksi oral dan dengan masalah gigi. Untuk itu memang bijaksana untuk mendorong mengurangi penggunaan empeng.
Sementara itu, The American Academy of Pediatrics, dalam buku Caring for Your Baby and Your Child, menulis tentang penggunaan empeng: "Empeng tidak menyebabkan masalah medis atau psikologis. Jika bayi Anda ingin menghisap lebih dari saat menyusui atau lebih dari apa yang disediakan botol susu, empeng memenuhi kebutuhan itu."
Nah, Parents, bagaimana menurut Anda?

 

Sebagai orangtua, kita sering tak sengaja berteriak pada anak-anak. Sekalipun tahu bahwa itu bukan hal baik, kita hanya tak tahu cara menghentikannya.

Ada banyak hal menyebalkan yang terjadi saat mengasuh anak. Sekalipun kita sudah membekalinya dengan beragam teori pola pengasuhan, yang terjadi di kenyataannya seringkali jauh lebih susah sehingga secara tak sengaja kita melakukan pelanggaran parenting, misalnya berteriak pada anak-anak.
Berteriak pada anak-anak tak hanya buruk untuk perkembangan anak, namun juga membuat Anda tampak seperti orangtua yang buruk. Sayangnya, sekuat apapun Anda menghindarinya, kadang teriakan frustasi pada anak acapkali keluar tanpa sadar, terutama saat Anda benar-benar sudah lelah.
Berikut 10 cara sederhana yang akan membuat Parents berhenti berteriak pada anak-anak:

1. Bayangkan pengalaman yang akan dialami oleh anak dan reaksinya terhadap Anda

Secara psikologis, seseorang akan lebih mengingat peristiwa buruk dalam hidupnya daripada peristiwa menyenangkan. Apakah Anda mau dikenang oleh anak sebagai orangtua yang suka marah-marah?
Reaksi yang anak tampilkan saat Anda berteriak padanya bisa jadi beragam. Namun, Anda perlu mengingat bahwa ia tidak akan pernah melupakan teriakan Anda sekalipun Anda akan melupakannya besok saat mengajak anak jalan-jalan.

2. Jangan terjebak pada teriakan

Jika otot rahang dan tenggorokan Anda mulai menegang dan volume Anda lebih keras dari biasanya, maka itu menunjukkan waktu yang tepat untuk berhenti bersuara. Ambil nafas dalam-dalam, hitung 1... 2... 3... 4 dan seterusnya dalam hati, dan tarik nafas dalam-dalam lagi.
Jika ini kurang melegakan, pergilah ke ruangan kedap suara. Jika ruangan kedap suara tak ada, Anda bisa memasukkan kepala Anda di dalam air dan berteriaklah di sana.

3. Mengakui bahwa berteriak pada anak-anak adalah metode yang tidak efektif

Tegas sama sekali berbeda dengan galak. Selain itu, anak hanya akan menganggap bahwa Anda adalah orangtua yang cerewet terhadap banyak hal dalam hidupnya. Selain itu, alih-alih dituruti oleh anak, Anda hanya akan tampak seperti orang yang tidak berwibawa di matanya.

4. Menyadari bahwa teriakan Anda tidak akan baik untuk keluarga

Berteriak tidak akan baik untuk tubuh Anda yang lelah, apalagi bagi yang mendengarnya. Selain itu, berteriak pada anak-anak akan membawa masalah baru di dalam keluarga terutama jika pasangan juga tidak setuju dengan cara Anda berteriak pada anak-anak.

5. Berkomitmen untuk berhenti meneriaki anak

Seperti kebiasaan buruk lain, dibutuhkan rutinitas dan komitmen untuk membuat Anda benar-benar berhenti untuk berteriak. Sekali dua kali secara tak sengaja Anda akan tetap berteriak, namun itu adalah tanda bahwa komitmen yang Anda buat untuk diri sendiri harus makin diperkuat.
Konon, butuh waktu hanya dua minggu untuk membuat sebuah kebiasaan baik maupun buruk. Maka, gunakan metode tersebut untuk membuat Anda berhenti berteriak.
Setiap kali Anda terlanjur berteriak, catatlah waktu kejadian dan durasinya. Jangan lupa untuk menuliskan sebabnya. Hal ini akan baik untuk membuat Anda introspeksi diri.

6. Tundalah reaksi Anda

Ini memang tidak sesederhana yang dikatakan. Namun, jika Anda bisa menunda reaksi yang mungkin muncul secara otomatis pada saat kejadian tertentu, maka tundalah reaksi tersebut.
Anda bisa mengatasinya dengan keluar ruangan, atau pun hanya sekedar diam sambil menarik nafas panjang. Barangkali tindakan anak memang sedang menyebalkan, tapi bukan berarti Anda harus membalasnya dengan bertindak menyebalkan juga.

7. Tanamkan di dalam kepala bahwa anak akan meniru apapun yang Anda lakukan

Jika Anda suka berteriak pada anak, maka tak heran jika anak akan tumbuh sebagai orang yang suka berteriak pada orang lain. Orang lain yang diteriaki oleh anak Anda akan langsung mengira bahwa perilaku tersebut berasal dari didikan Anda.

8. Tidak berteriak bukan berarti tidak peduli soal kedisiplinan Anak

Mendisiplinkan anak tak bisa dilakukan dengan cara berteriak. Mungkin anak akan menuruti perintah Anda yang disampaikan dengan berteriak, namun anak akan jadi sosok pembohong di depan orangtua demi menghindari teriakan Anda.

9. Pelajari polanya

Anda perlu memperhatikan, peristiwa apa saja yang biasanya membuat Anda berteriak. Jika sudah, waspadai jika saat-saat tersebut datang lagi.
Anak juga akan mempelajari pola temperamen Anda. Saat anak berbuat sebuah kesalahan, sebenarnya ia tahu bagaimana Anda akan meresponnya.
Sayangnya, beberapa anak yang cukup cerdas bisa menggunakan pola dan temperamen Anda ini untuk mengontrol orangtuanya. Kejutkan ia dengan respon yang berbeda dari biasanya untuk mengakhiri pola tersebut.

10. Minta maaf

Saat Anda terlanjur keceplosan berteriak, segeralah minta maaf pada anak. Anda bisa mengucapkannya secara lisan maupun dengan pelukan. Akui bahwa Anda telah melakukan kesalahan padanya.
Mengalkui bahwa diri Anda bersalah tak akan membuat wibawa Anda turun. Malah sebaliknya, itu akan membuat anak melihat bahwa Anda cukup ksatria untuk mau mengakui kesalahan.
Lambat laun, anak juga akan meniru sikap besar hati Anda. Lebih bagus lagi jika Anda bisa mendiskusikan pada anak tentang persoalan tersebut secara baik-baik dan dewasa.
Jika 10 hal tersebut berhasil dilakukan, Anda dan anak akan memperoleh manfaat dari pelatihan managemen emosi ini. Sehingga kecerdasan emosional Anda dan anak akan lebih terasah lagi.
Yuk bulatkan tekad untuk berhenti berteriak kepada anak-anak di rumah. Kalau 10 tips di atas sulit untuk dipraktekan, pegang satu prinsip ini: marah-marah akan membuat Anda cepat tua.

Categories

Pages

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts