Sikap asertif merupakan salah satu modal anak untuk menang dan sukses dalam kehidupan sosialnya.
Bermain bersama dengan teman sangat baik untuk putra-putri kecil kita. Namun bagaiman bila ia tak mampu menjaga diri dari keusilan teman-temannya? Memarahi kawan mainnya pun jelas tak mungkin. Bisa jadi si Kecil malah akan senantiasa berlindung atau menggunakan nama kita. Disinilah pentingnya mengajarkan teknik berkomunikasi pada si Kecil. Mengatakan apa yang menjadi keinginannya tanpa perlu menyakiti lawan bicara atau membuatnya bertengkar dengan temannya. Sikap seperti ini disebut dengan sikap asertif.
Sikap asertif akan membuat seseorang mampu mencapai win-win solution saat ia menghadapi masalah dengan temannya. Berpegang teguh pada kehendaknya, namun disaat yang bersamaan, mampu menghormati hak orang lain (Lisa M. Schab, LCSW, author of Cool, Calm and Confident: A Workbook to Help Kids Learn Assertiveness Skills).
Sikap asertif dapat dididik semenjak kecil. Caranya, dengan menumbuhkan rasa kesadaran akan apa yang ia mau. Dan kemudian, kita sebagai orang tua, memastikan bahwa keingiannya tersebut dapat kita penuhi. Misalkan ketika si Kecil masih bayi; ia akan menyampaikan “I message” dengan cara menangis. Pada saat seperti inilah kita dapat mengatakan, “Oh, adik lapar ya, nah. Mamam dulu ya.”
Agar si Kecil dapat terus belajar, tanggapan kita akan tangisannya tersebut harus selalu dilakukan. Meski belum dapat berbicara, cara ini akan terekam terus dalam ingatannya.
Pada si Balita, menumbuhkan sikap asertif tentunya lebih mudah, karena anak sudah dapat diajak berkomunikasi. Saat ia mencoba mengamuk, ajarkan untuk mengungkapkan apa yang ia rasakan. Pahami masalahnya, janganlah larut terbawa emosi. Tidak lupa ajarkan pula kata-kata seperti tolong, permisi, maaf, dan teriam kasih.
Dan berikut 5 langkah efektif untuk menumbuhkan sikap asertif kepada si kecil:
1. Berikan contoh pada anak
Aturan pertama dalam mendidik anak selalu sama: jadilah role model untuk anak. Bila orang tua tak pernah menghargai pendapat anak, sering memaksakan perintah tanpa alasan jelas, mudah dipastikan bahwa anak akan tumbuh menjadi pribadi yang ragu-ragu. Untuk itu, hargai apa yang menjadi hak dan pendapat anak.
Untuk anak yang lebih kecil, dapat juga kita mengajaknya bermain peran. Tunjukkan bagaimana cara menghargai pendapat, menolak pendapat namun tidak menyakiti, kapan harus mengalah dan kapan harus mempertahankan pendapatnya. Dengan cara ini, anak akan belajar bagaimana ia harus berhubungan dengan orang lain.
Usahakan acara bermain dilakukan juga bersama anak-anak diluar lingkungan keluarga. Karena dalam keluarga, biasanya anak yang besar seringkali diminta mengalah pada si Kecil tanpa alasan yang jelas. Atau malah sebaliknya, selalu mengalah pada si Kecil karena ia adalah anggota termuda dalam keluarga.
Kebiasaan selalu meminta anak mengalah akan membuat anak tidak lagi dapat menyampaikan I message-nya. Sementara kebiasaan selalu dimenangkan, akan menimbulkan gangguan emosi pada si Kecil saat orang-orang dilingkungannya tidak lagi dapat memenuhi kebutuhan atau keinginannya.
2. Berikan kasih sayang penuh
Kasih sayang akan membentuk anak menjadi pribadi yang percaya diri. Rasa percaya diri adalah modal anak untuk memasuki lingkungan yang lebih besar di luar lingkungan rumahnya. Rasa percaya diri erat kaitannya dengan sikap asertif. Karena anak percaya diri tentu akan lebih mudah untuk menyampaikan apa yang menjadi keinginannya.
3. Ajarkan anak untuk mandiri.
Salah satu hal yang mendorong seseorang untuk percaya diri adalah kemampuan untuk melakukan dan memnuhi semua keperluan yang berkaitan dengan diri sendiri. Untuk itu ijinkan anak untuk belajar mandiri sedari dini. Sebagai orang tua kita cukup menjadi fasilitator guna mempermudah proses belajarnya. Misalkan dengan mengijinkan belajar mandi sendiri, memakai baju, hingga memilih mainan yang ia beli.
Pribadi yang tak mandiri tidak hanya akan berpengaruh kepada karakter anak. Bila anak tidak menjadi pribadi manja, ia akan menjadi pribadi yang senang memerintah, penakut, dan tidak percaya diri dengan kemampuannya.
4. Dorong dan ijinkan anak untuk membuat keputusan
Anak dapat belajar membuat keputusan dari hal-hal ayng terkecil. Misalkan memilih jenis makanan yang ingin ia jadikan bekal , memilih baju, mainan, warna favorit dan masih banyak lagi. Hormati apa yang menjadi pilihannya. Jika tidak sesuai atau tidak pantas, berikan alasan yang tepat dengan penjelasan yang bijaksana.
5. Ajarkan untuk menghargai diri sendiri.
Berbagi bersama teman tidak berarti ia harus mengorbankan semua yang ia miliki. Ajarkan bahwa kita juga perlu menghargai milik sendiri. Misalkan bila mainannya tidak dikembalikan oleh temannya, maka ajak ia untuk meminta kembali mainannya tersebut. Selain itu cobalah untuk mengemukakan mana “Milik Ibu” dan “Milik Anak.” Minta ia untuk meminta ijin jika ingin menggunakan “Milik Ibu”, begitu pula sebaliknya. Ketika Ibu harus meminjam “Milik Anak”, maka lakukan hal yang sama dan segera kembalikan bila telah selesai memakainya. Cara ini selain mengajarkan sopan santun, anak juga akan belajar bagaimana menghargai batasan masing-masing pribadi.
Perlu diingat bahwa usaha menumbuhkan sikap asertif juga memerlukan dukungan dari orang-orang disekitar anak. Untuk itu informasikan pola pengasuhan ini dengan pengasuh, kerabat, juga guru di sekolah.
0 komentar:
Posting Komentar