Selasa, 05 April 2022

 

Ternyata sindrom baby blues bisa terjadi sebelum melahirkan, ini penyebabnya!


        Sindrom baby blues tentu sudah tidak asing lagi terdengar, ya, Bunda. Gangguan suasana hati yang dialami oleh ibu setelah melahirkan ini menyebabkan perasaan mudah sedih, gelisah, marah, lelah, hingga sulit berkonsentrasi. 

Biasanya kondisi ini dirasakan dalam dua hingga tiga hari pertama setelah melahirkan, atau bahkan berlangsung hingga dua minggu. Ada ibu baru yang mengalami bentuk depresi yang lebih parah dan bertahan lama, yang dikenal sebagai depresi pasca melahirkan (postpartum depression). Gangguan mood ekstrim yang disebut psikosis postpartum juga bisa dialami, meskipun sangat jarang terjadi. 

Kondisi ini umumnya disebabkan karena perubahan hormon setelah melahirkan, juga perubahan kondisi yang jauh berbeda seperti sebelum melahirkan. Bila bisa mengelola dan mengendalikannya dengan baik, kondisi ini sebenarnya bisa hilang dengan sendirinya.

Akan tetapi, ternyata ada juga beberapa ibu yang mengalami baby blues tepat di masa kehamilannya. Lantas, normalkah jika sindrom baby blues muncul sebelum melahirkan? Apa penyebabnya dan bagaimana cara mengatasinya?

Apa Itu Baby Blues?


                Diungkapkan Ayank Irma, selaku psikolog keluarga dari Ruang Tumbuh, sindrom baby blues bisa diartikan sebagai suatu kondisi di mana seorang ibu merasa cemas, kegelisahan, hingga merasa sedih yang mendalam. Kondisi ini umumnya terjadi pada empat hingga lima hari setelah melahirkan dan tidak berlangsung lama.

          Psikolog yang kerap disapa Mbak Ayank ini juga menjelaskan kalau hampir 70-80% ibu melahirkan bisa mengalami sindrom baby blues. Gejala baby blues kadang terlihat sepele, tetapi bisa membawa dampak negatif pada ibu dan bayinya, jika tidak segera ditangani dengan tepat.


Normalkah Sindrom Baby Blues Muncul Sebelum Melahirkan?


Ibu yang mengalami baby blues akan merasakan perasaan lelah, sedih, mudah gelisah, mudah tersinggung, sulit berkonsentrasi, serta lekas marah. Perubahan hormon, kesulitan beradaptasi, hingga kurangnya waktu tidur ibu setelah memiliki buah hati adalah beberapa penyebab terjadinya baby blues. Kondisi baby blues harus segera ditangani dengan baik agar tidak berujung pada postpartum depression (depresi pasca melahirkan).

Meskipun pada umumnya sindrom baby blues terjadi setelah melahirkan, tetapi ada juga yang mengalaminya lebih awal, yaitu sebelum melahirkan. Normalnya, kondisi ini lebih dikenal dengan sebutan pre-baby blues atau antepartum depression (depresi antepartum).

Mengutip dari Everyday Health, satu dari tujuh ibu hamil mengalami depresi antepartum. Ada beberapa jenis depresi, termasuk: 

Depresi berat: Gejala depresi berat berlangsung setidaknya selama dua minggu. 

Gangguan depresi persisten: Gejala depresi tingkat rendah yang berlangsung setidaknya selama dua tahun. 

Gangguan afektif musiman: depresi selama musim dingin atau musim gugur karena kurangnya sinar matahari. 

Meskipun para ibu biasanya lebih mengkhawatirkan kondisi depresi pasca melahirkan, para ahli kesehatan justru semakin fokus pada tingginya depresi antepartum. Kondisi ibu hamil yang tidak mendapatkan support system yang memadai, atau memiliki banyak tekanan dari lingkungannya bisa membuat ibu hamil mengalami depresi antepartum.

Ada kemungkinan perempuan yang berjuang dengan depresi antepartum memiliki riwayat depresi berat, meskipun tidak semua perempuan mengalaminya. Baby blues yang dirasakan ini juga bisa berbeda-beda pada setiap orang. Namun biasanya, ibu yang merasakan baby blues atau depresi selama kehamilan, juga akan berisiko lebih tinggi mengalaminya setelah persalinan.

Depresi antepartum umumnya dianggap disebabkan oleh kombinasi perubahan hormonal dan gangguan psikologis yang terkait dengan kehamilan. Perubahan lain selama kehamilan, seperti perubahan tubuh dan perubahan kebiasaan tidur dan makan, dapat berkontribusi pada perkembangan depresi antepartum.

Gejala Baby Blues

Seringkali gejala “baby blues” akan muncul dengan kuat dalam empat hingga lima hari setelah kelahiran bayi, meskipun tergantung pada bagaimana proses kelahiran bayi, mungkin gejalanya terlihat lebih awal. Gejala baby blues dikutip dari American Pregnancy yaitu sebagai berikut:

1. Sedih atau Menangis Tanpa Alasan yang Jelas

Ini adalah gejala paling umum yang dirasakan Bunda bila mengalami baby blues sebelum maupun setelah melahirkan. Perasaan sedih terus menerus, hingga menangis tanpa alasan yang jelas mungkin disebabkan oleh perubahan emosional secara tiba-tiba.

2. Ketidaksabaran

Ibu yang mengalami baby blues atau depresi antepartum bisa menjadi seseorang yang tidak sabaran, alias selalu terburu-buru melakukan sesuatu. Selain itu, mereka juga mudah hilang fokus dan mudah lupa.

3. Mudah Tersinggung

Karena umumnya perasaan yang tidak menentu ini tidak dimengerti, mereka jadi mudah marah dan sangat sensitif terhadap sesuatu. Mereka bisa merasakan amarah yang tidak diduga-duga. 

4. Kegelisahan

Perasaan lain yang kerap dirasakan adalah gelisah dan tidak tenang. Emosi yang tidak menentu ini juga menyebabkan mereka merasa gelisah. 

5. Kecemasan

Kecemasan adalah salah satu gejala yang paling sering dirasakan oleh ibu yang mengalami baby blues atau depresi antepartum. Karena itu, mereka akan sulit merasa tenang karena perasaannya selalu tidak tenang. 

6. Kelelahan

Kelelahan sebenarnya adalah hal yang wajar dialami ibu saat hamil dan melahirkan. Namun saat mengalami baby blues, rasa lelah ini kadarnya bisa lebih berat dan intens.

7. Insomnia (bahkan Ketika Bayi Sedang Tidur)

Bunda yang mengalami baby blues juga akan kesulitan untuk tidur, meskipun saat si kecil sedang tidur.

8. Kesedihan

Seperti yang dijelaskan di atas, perasaan sedih biasanya akan mendominasi bila ibu mengalami baby blues. Seringnya, perasaan ini tidak bisa dijelaskan, karena itu perempuan yang mengalaminya akan sulit bercerita pada orang lain.

9. Perubahan Suasana Hati

Mereka juga bisa mengalami perubahan suasana hati yang ekstrim. Kadang merasa sedih, lalu tiba-tiba marah, atau bahkan bahagia

10. Konsentrasi Buruk

Konsentrasi yang buruk juga menjadi salah satu gejala baby blues sebelum maupun setelah melahirkan.

Penyebab Sindrom Baby Blues



Melansir dari American Pregnancy Association, penyebab sindrom baby blues tidak diketahui secara pasti. Namun, para ahli kesehatan mengungkapkan bahwa perubahan hormon yang terjadi selama dan setelah melahirkan memiliki kaitan yang erat dengan kondisi baby blues.

Sedangkan untuk perempuan yang merasakan baby blues di masa kehamilan atau sebelum melahirkan, ada beberapa faktor yang kemungkinan dapat menjadi penyebabnya. Faktor-faktor tersebut, antara lain:

  • Bagi perempuan yang baru pertama kali merasakan kehamilan, perasaan cemas yang berlebihan terhadap proses persalinan yang akan dihadapi bisa menyebabkan baby blues
  • Kondisi rumah tangga yang buruk, misalnya sang ibu kurang mendapat dukungan secara emosional dari suami atau mengalami KDRT.
  • Adanya masalah dengan pekerjaan di kantor bagi ibu hamil yang bekerja.
  • Kecemasan ibu
  • Stres
  • Kurangnya dukungan sosial
  • Kehamilan yang tidak diinginkan
  • Kualitas hubungan yang buruk

Melansir dari Science Daily, penelitian yang pernah dipublikasikan oleh BMC Public Health mengungkapkan bahwa hubungan yang buruk antara ibu hamil dan sang suami adalah pemicu kuat stres di masa kehamilan.

Hasil penelitian menunjukkan, calon ibu yang selama masa kehamilannya mendapat dukungan penuh dari suami memiliki kesehatan mental yang baik. Sementara itu, ibu hamil yang merasa tidak bahagia dengan hubungan pernikahannya cenderung lebih mudah mengalami depresi dan tekanan emosional yang tinggi.

Untuk itu, Gun-Mette Rosand dari Norwegian Institute of Public Health menyarankan agar sebaiknya ibu hamil diberikan banyak dukungan selama masa kehamilan. Stres yang terjadi di saat hamil bisa berkembang hingga ibu melahirkan. Tidak hanya itu, stres yang dialami juga bisa menyebabkan kelahiran prematur, berat badan bayi rendah, dan sebagainya.


 Meskipun olahraga umumnya aman, melakukan olahraga dengan intensitas dan volume tinggi terutama saat berpuasa dapat menekan atau bahkan menurunkan tingkat kekebalan Anda. Para ahli berbagi manfaat dari berlatih olahraga intensitas tinggi dan rendah agar tetap bugar selama Ramadan.

Asalkan hindari berolahraga 1-2 jam sebelum tidur agar adrenalin (hormone stres) Anda turun untuk kualitas tidur yang lebih baik. Berikut 4 olahraga terbaik yang bisa dilakukan saat ramadan di rumah saja.

1. Olahraga Kontak

Olahraga kontak adalah cara yang baik untuk mempertahankan tingkat kebugaran umum Anda selama Ramadan dan untuk pengkondisian secara keseluruhan. Olahraga tersebut dapat mencakup sepak bola, bola basket, bola voli, dan tenis, antara lain.

Setiap olahraga kontak membutuhkan energi tingkat tinggi karena dapat menjadi latihan yang intens bagi tubuh. Selama Ramadhan disarankan untuk melakukan olahraga tersebut beberapa jam setelah mengakhiri puasa Anda.

Selama jam-jam puasa, kadar glikogen tubuh sudah habis sehingga tidak dapat bekerja pada intensitas yang dibutuhkan.

2. Yoga

Yoga adalah bentuk latihan fisik dan mental yang bagus untuk seluruh tubuh. Ini dapat digolongkan sebagai bentuk latihan yang lebih ringan yang tidak memerlukan terlalu banyak beban kardiovaskular pada tubuh Anda.

Selama Ramadan, yoga dapat dilakukan di siang hari tanpa mengerahkan terlalu banyak tenaga, namun, disarankan agar semua olahraga dilakukan setelah berbuka puasa, setelah tubuh ternutrisi dan terhidrasi.

3. Latihan Aerobik/Menari

Latihan aerobik dan tari seperti Zumba dan body jam dapat meningkatkan daya tahan kardiovaskular seseorang sekaligus membakar banyak kalori. Kedua bentuk latihan tersebut bergantung pada tingkat kebugaran seseorang, dan bisa lebih berat bagi mereka yang tidak aktif secara teratur.

Latihan semacam itu harus dilakukan setelah berbuka puasa selama Ramadan, karena cenderung meningkatkan detak jantung dan suhu tubuh. Tubuh menjadi dingin dengan membuka kelenjar keringat dan berkeringat. Menjadi terhidrasi sebelum memulai latihan semacam itu sangat penting.

4. Pilates

Pilates adalah cara yang bagus untuk menjaga kekuatan inti Anda selama Ramadan. Mirip dengan Yoga, pilates tidak akan secara signifikan meningkatkan detak jantung atau suhu inti Anda ke tingkat tinggi di mana Anda akan merasa dehidrasi.

Meskipun dapat dilakukan selama jam puasa, dianjurkan untuk berlatih sesi pilates setelah berbuka puasa sebanyak mungkin dalam seminggu.

Categories

Pages

Total Tayangan Halaman

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts